Bacang: Sejarah dan Makna di Balik Makanan Tradisional Ini

Bacang: Sejarah dan Makna di Balik Makanan Tradisional Ini

Bacang (bakcang), atau yang juga dikenal dengan sebutan zongzi atau joong, adalah makanan tradisional yang sangat populer di kalangan masyarakat Tionghoa. Makanan ini terbuat dari beras ketan yang diisi dengan berbagai isian dan dibungkus dengan daun bambu atau daun pandan. Namun, apa sebenarnya sejarah dan makna di balik makanan tradisional ini? Mari kita jelajahi bersama dalam artikel ini. Dalam perjalanan kita menelusuri sejarah dan makna Bacang, kita akan membahas asal usul Bacang, legenda Qu Yuan yang erat kaitannya dengan makanan ini, simbolisme yang terkandung dalam Bacang, variasi Bacang di berbagai daerah, cara pembuatan Bacang, dan tentu saja, tradisi Hari Bakcang atau Peh Cun. Jadi, mari kita mulai petualangan kuliner dan budaya kita!

Sponsored links

Sejarah Bacang

Asal Usul Bacang

Nah, sekarang mari kita mulai petualangan kita dengan membahas asal usul Bacang. Bacang adalah penganan tradisional yang berasal dari Tiongkok. Kata ‘bakcang’ sendiri berasal dari bahasa Hokkien, sebuah dialek yang banyak digunakan oleh masyarakat Tionghoa di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia.

Namun, apakah kamu pernah bertanya-tanya bagaimana makanan ini bisa ada dan menjadi bagian penting dari budaya Tionghoa? Ceritanya cukup menarik, lho! Menurut legenda, Bacang pertama kali muncul pada zaman Dinasti Zhou, sebuah dinasti yang berkuasa di Tiongkok sekitar 3000 tahun yang lalu. Pada masa itu, ada seorang pejabat bernama Qu Yuan yang sangat dicintai oleh rakyatnya. Namun, karena fitnah dan intrik politik, dia jatuh dari posisinya dan memilih untuk mengakhiri hidupnya dengan melompat ke Sungai Miluo. Rakyatnya yang berduka kemudian melemparkan Bacang ke sungai dengan harapan makhluk-makhluk di dalam sungai akan memakan Bacang tersebut dan tidak mengganggu jenazah Qu Yuan.

Sejak itu, Bacang menjadi simbol perayaan Peh Cun atau Duanwu, sebuah festival untuk mengenang jasa Qu Yuan. Jadi, setiap kali kita menikmati Bacang, kita sebenarnya juga sedang merayakan sejarah dan tradisi yang sangat kaya. Menarik, bukan? Mari kita lanjutkan perjalanan kita untuk mengetahui lebih banyak tentang Bacang!

Legenda Qu Yuan

Sekarang, mari kita beranjak ke cerita yang lebih mendalam tentang legenda Qu Yuan, tokoh penting di balik tradisi Bacang. Qu Yuan adalah seorang pejabat dan penyair terkenal di zaman Dinasti Zhou. Dia sangat dicintai oleh rakyatnya karena kebijakannya yang adil dan bijaksana. Namun, sayangnya, dia menjadi korban fitnah dan intrik politik, yang membuatnya jatuh dari posisinya. Kejadian tersebut membuat Qu Yuan sangat sedih dan putus asa. Dia merasa bahwa semua usahanya untuk melayani rakyat dan negaranya telah sia-sia. Dalam keadaan yang sangat terpukul, Qu Yuan memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan melompat ke Sungai Miluo.

Ketika mendengar berita tragis ini, rakyatnya sangat berduka. Mereka mencoba mencari jenazah Qu Yuan di sungai, tetapi tidak berhasil. Untuk mencegah ikan dan makhluk sungai lainnya memakan jenazah Qu Yuan, mereka melemparkan Bacang ke sungai. Mereka berharap bahwa makhluk-makhluk tersebut akan lebih tertarik untuk memakan Bacang daripada jenazah Qu Yuan. Tradisi melemparkan Bacang ke sungai menjadi bagian dari perayaan Peh Cun atau Duanwu, yang diadakan setiap tahun untuk mengenang jasa Qu Yuan. Setiap kali kita menikmati Bacang, ada pesan tersirat yaitu di mana kita mengenang pengorbanan dan dedikasi Qu Yuan untuk rakyatnya. Cerita ini mengingatkan kita tentang pentingnya integritas, keberanian, dan pengorbanan dalam melayani masyarakat.

Makna di Balik Bacang

Simbolisme Bacang

Setelah kita mengetahui asal-usul dan legenda di balik Bacang, mari kita beralih ke makna simbolis dari makanan ini. Bacang bukan hanya sekedar makanan, tetapi juga sarat dengan simbolisme dan filosofi.

Secara harfiah, Bacang berarti ‘berisi daging’. Namun, dalam praktiknya, Bacang bisa berisi berbagai macam isian, tidak hanya daging. Ada juga Bacang yang berisi sayur-sayuran (chaicang) atau yang tidak berisi sama sekali (kicang). Ini mencerminkan filosofi kehidupan bahwa setiap individu memiliki isi dan karakter yang berbeda-beda, dan semua itu patut dihargai dan dihormati.

Selain itu, bentuk Bacang yang unik, yaitu berbentuk limas segitiga, juga memiliki makna simbolis. Keempat sudut Bacang melambangkan empat harapan baik dalam kehidupan, yaitu kasih sayang, kedamaian dan kesejahteraan keluarga, rejeki dan berkah yang lancar, serta sukses dalam usaha dan karir. Bentuk ini juga mencerminkan filosofi keseimbangan dan harmoni dalam kehidupan.

Di setiap gigitan Bacang, kita tidak hanya menikmati rasa yang lezat, tetapi juga merenungkan filosofi dan harapan baik yang terkandung di dalamnya. Ini adalah salah satu alasan mengapa Bacang menjadi makanan yang sangat spesial dan berarti dalam budaya Tionghoa.

Variasi Bacang

Bacang di Tiongkok Selatan dan Asia Tenggara

Selanjutnya, kita akan membahas beberapa variasi Bacang di berbagai daerah. Di Tiongkok Selatan dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia, Bacang biasanya dibuat dari beras ketan sebagai bahan utama. Isiannya biasanya berupa daging babi, jamur shiitake, kuning telur asin, seledri, dan jahe.

Bacang di daerah ini biasanya memiliki rasa yang gurih dan sedikit manis, mencerminkan selera masyarakat setempat yang cenderung menyukai makanan dengan rasa yang kuat dan berani. Bacang biasanya disajikan sebagai makanan utama atau camilan di antara waktu makan, dan seringkali menjadi hidangan wajib dalam berbagai perayaan dan acara khusus.

Lalu, apa yang membuat Bacang di Tiongkok Selatan dan Asia Tenggara ini unik? yang membuat unik adalah cara mereka membungkus Bacang. Mereka menggunakan daun bambu yang telah direndam dalam air dan dikeringkan. Daun bambu ini tidak hanya memberikan Bacang bentuk yang khas, tetapi juga menambah aroma alami yang lezat ke dalam Bacang saat dimasak.

Bacang Versi Manis di Tiongkok Utara

Sekarang, mari kita beranjak ke Tiongkok bagian utara. Di sini, Bacang memiliki variasi yang sedikit berbeda dari versi Tiongkok Selatan dan Asia Tenggara. Di Tiongkok Utara, ada versi manis dari Bacang yang biasanya disajikan sebagai hidangan penutup atau camilan.

Bacang versi manis ini biasanya berisi pasta kacang merah, pasta kacang hitam, atau pasta biji lotus. Isian ini memberikan rasa manis yang lembut dan tekstur yang kaya, membuat Bacang menjadi camilan yang sempurna untuk menemani secangkir teh hangat di sore hari.

Selain itu, kadang-kadang, daging babi dalam Bacang digantikan dengan daging ayam atau bahkan daging bebek. Ini mencerminkan kebiasaan masyarakat Tiongkok Utara yang cenderung lebih menyukai rasa yang lebih ringan dan lebih halus dibandingkan dengan masyarakat Tiongkok Selatan.

Bacang di Indonesia

Nah, sekarang mari kita berbicara tentang Bacang di tanah air kita, Indonesia. Di sini, variasi Bacang juga sangat beragam, mencerminkan kekayaan dan keragaman budaya kita. Ada Bacang yang berisi daging, ada juga yang berisi sayur-sayuran atau yang tidak berisi sama sekali. Ada juga Bacang yang berisi pasta kacang merah atau kacang hijau, menciptakan rasa manis yang lezat.

Bacang di Indonesia biasanya dibungkus dengan daun bambu tetapi ada juga yang dibungkus daun pisang atau daun pandan, jenis daun yang digunakan akan memberikan aroma yang khas dan menambah kelezatan Bacang. Bacang biasanya dimakan bersama dengan srikaya atau gula merah, menciptakan kombinasi rasa gurih dan manis yang sempurna.

Selain itu, Bacang di Indonesia juga sering disajikan dalam berbagai acara khusus, seperti perayaan Imlek, Cap Go Meh, dan tentu saja, Peh Cun atau Hari Bakcang. Dalam acara-acara ini, Bacang tidak hanya dijadikan sebagai makanan, tetapi juga sebagai sarana untuk mempererat tali silaturahmi dan menghargai tradisi.

Sponsored links

Apakah kamu tertarik mencoba Bacang varian ini? eits, tapi tunggu dulu, buat kamu yang muslim harus berhati-hati karena Bacang ada yang haram (berisi daging babi dan ayam atau proses pembuatannya dicampur) dan ada yang halal (bacang isi ayam, bacang kosong atau pembuatan tidak dicampur dengan babi dan biasanya dibuat oleh etnis Tionghoa muslim). Jadi, sebelum kamu mencobanya pastikan semua itu dulu ya!

Cara Pembuatan Bacang

Bahan-Bahan Bacang

Setelah kita membahas tentang variasi Bacang di berbagai daerah, mari kita beralih ke cara membuat Bacang. Untuk membuat Bacang, kamu akan membutuhkan beberapa bahan yang mungkin sudah familiar di dapurmu.

Bahan-Bahan Bacang

Pertama, tentu saja, kamu akan membutuhkan beras ketan. Beras ketan adalah bahan utama Bacang, memberikan tekstur yang kenyal dan rasa yang khas. Kamu juga akan membutuhkan daging babi atau ayam, tergantung seleramu. Daging ini biasanya dimasak terlebih dahulu dengan bumbu-bumbu seperti kecap, gula, dan rempah-rempah, memberikan rasa yang gurih dan lezat.

Selanjutnya, kamu akan membutuhkan jamur shiitake, kuning telur asin, seledri, dan jahe. Jamur shiitake memberikan tekstur dan rasa yang unik, kuning telur asin akan memberikan rasa asin yang khas, sedangkan seledri dan jahe menambah aroma dan rasa yang segar.

Terakhir, kamu juga akan membutuhkan daun bambu atau daun pandan untuk membungkus Bacang, serta tali untuk mengikatnya. Daun bambu atau daun pandan ini tidak hanya berfungsi sebagai pembungkus, tetapi juga memberikan aroma alami yang lezat ke dalam Bacang saat dimasak.

Proses Pembuatan Bacang

Setelah kita mengetahui bahan-bahan yang dibutuhkan secara umum, mari kita lanjutkan ke proses pembuatan Bacang. Meski mungkin terlihat rumit, jangan khawatir! Dengan sedikit latihan dan kesabaran, kamu pasti bisa membuat Bacang yang lezat di rumah.

Pertama, beras ketan harus direndam terlebih dahulu selama beberapa jam atau semalaman. Rendaman ini penting untuk memastikan beras ketan menjadi lembut dan mudah dimasak. Sementara itu, daging dan bahan isian lainnya harus dimasak hingga matang. Daging biasanya dipotong-potong kecil dan dimasak dengan bumbu-bumbu seperti kecap, gula, dan rempah-rempah. Jamur shiitake, kuning telur asin, seledri, dan jahe juga ditambahkan ke dalam masakan ini.

Setelah beras ketan dan isian siap, saatnya untuk membungkus Bacang. Ambil selembar daun bambu atau daun pandan, lalu letakkan sejumlah beras ketan di atasnya. Tambahkan isian di tengah-tengah beras ketan, lalu tutupi dengan lebih banyak beras ketan. Lipat daun bambu atau daun pandan untuk membentuk limas segitiga, lalu ikat dengan tali.

Setelah semua Bacang dibungkus dan diikat, Bacang kemudian dikukus atau direbus hingga matang. Proses ini biasanya memakan waktu beberapa jam, tetapi hasilnya pasti sepadan. Bacang yang sudah matang akan memiliki tekstur yang kenyal dan rasa yang khas, membuatnya menjadi camilan atau makanan utama yang sangat lezat.

Tradisi Hari Bakcang (Peh Cun)

Hari Bakcang atau Peh Cun adalah hari peringatan untuk mengenang jasa Qu Yuan, tokoh penting di balik tradisi Bacang yang telah kita bahas sebelumnya. Hari Bakcang atau Peh Cun biasanya jatuh pada hari ke-5 bulan ke-5 dalam kalender lunar Tionghoa, yang biasanya jatuh pada bulan Mei atau Juni dalam kalender yang sering kita gunakan sehari-hari. Pada hari tersebut, masyarakat Tionghoa di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, biasanya akan membuat dan makan Bacang sebagai bagian dari perayaan.

Tradisi Hari Bakcang atau Peh Cun tidak hanya sebatas membuat dan makan Bacang. Ada juga tradisi lain yang sama pentingnya, seperti lomba perahu naga. Lomba ini merupakan simbol dari upaya rakyat untuk mencari dan menyelamatkan Qu Yuan. Selain itu, ada juga tradisi menggantungkan rumput Ai dan Changpu di depan rumah. Rumput-rumput ini dipercaya dapat mencegah penyakit dan membawa keberuntungan.

Hari Bakcang atau Peh Cun bukan hanya hari untuk menikmati Bacang, tetapi juga hari untuk mengenang jasa Qu Yuan, merayakan kehidupan, dan berdoa untuk kesehatan dan keberuntungan. Ini adalah hari yang penuh dengan makna dan merupakan bagian penting dari budaya Tionghoa.

Kita telah menjelajahi sejarah, makna, variasi, cara pembuatan, dan tradisi di balik Bacang, kita dapat melihat bahwa Bacang bukanlah sekedar makanan. Bacang adalah simbol dari sejarah yang panjang dan budaya yang kaya dari sebuah etnis yaitu Tionghoa. Bacang mengingatkan kita tentang pentingnya menghargai tradisi dan sejarah.

Dari asal usulnya yang berhubungan dengan legenda Qu Yuan hingga berbagai variasi dan cara pembuatannya, Bacang adalah bagian penting dari budaya Tionghoa. Bacang bukan hanya sebuah makanan yang lezat tapi salah satu bukti bahwa sebuah kebudayaan yang terus dilestarikan hingga berabad-abad lamanya.

Bacang

Bacang juga mengajarkan kita tentang pentingnya kebersamaan. Melalui tradisi Hari Bakcang atau Peh Cun, kita diajarkan untuk menghargai jasa orang lain,  berdoa untuk kesehatan dan keberuntungan. Ini adalah pelajaran yang sangat berharga, yang bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Jadi, mari kita terus melestarikan Bacang dan semua makna yang terkandung di dalamnya. Mari kita terus belajar dari sejarah, merayakan keberagaman, dan membangun komunitas yang kuat dan harmonis. Selamat menikmati Bacang!

FAQ

  1. Apa itu bacang? Bacang adalah makanan tradisional Tionghoa yang terbuat dari beras ketan yang diisi dengan berbagai isian dan dibungkus dengan daun bambu atau daun pandan.
  2. Apa sejarah di balik bacang? Bacang pertama kali muncul pada zaman Dinasti Zhou sebagai bentuk simpati rakyat kepada Qu Yuan, seorang pejabat yang bunuh diri dengan melompat ke Sungai Miluo.
  3. Apa makna di balik bacang? Bacang memiliki banyak makna simbolis. Keempat sudut bacang melambangkanharapan baik, seperti kasih sayang, kedamaian dan kesejahteraan keluarga, rejeki dan berkah yang lancar, serta sukses dalam usaha dan karir.
  4. Bagaimana cara membuat bacang? Bacang dibuat dari beras ketan dan berbagai isian seperti daging babi atau ayam, jamur shiitake, kuning telur asin, seledri, dan jahe. Bacang dibungkus dengan daun bambu atau daun pandan dan diikat dengan tali, lalu dikukus atau direbus hingga matang.
  5. Apa itu Hari Bakcang atau Peh Cun? Hari Bakcang atau Peh Cun adalah hari peringatan untuk mengenang jasa Qu Yuan. Pada hari tersebut, masyarakat Tionghoa biasanya akan membuat dan makan bacang sebagai bagian dari perayaan.

 

SEO Expert and AI Enthusiast. Someone Who Loved Culinary Arts and Traveling.

Artikel Lainnya: