Ceng Beng: Tradisi, Sejarah, dan Makna

Ceng Beng: Tradisi, Sejarah, dan Makna

Hari Ceng Beng / Cheng Beng (pengucapan dalam dialek Hokkian), yang juga dikenal sebagai Qing Ming Festival. Kata “Qing” (Hanzi: 清) berarti “bersih” atau “murni,” sementara kata “Ming” (Hanzi: 明) berarti “terang” atau “cerah.” Dalam konteks festival ini, “Qing Ming” secara harfiah dapat diterjemahkan menjadi “hari yang bersih dan cerah.” Tradisi utama dalam perayaan ini, yaitu membersihkan makam leluhur, berdoa untuk leluhur dan memberikan persembahan untuk menghormati mereka. Di perjalanan kali ini saya akan memberikan sebuah cerita tentang sejarah asal mula Ceng Beng di Indonesia, kapan perayaan ini digelar, apa saja yang dilakukan saat Ceng Beng, di mana perayaan ini dilakukan terutama di Indonesia, dan mengapa harus ada tradisi Ceng Beng.

Sponsored links

Sejarah Ceng Beng di Indonesia erat kaitannya dengan kedatangan imigran Tionghoa pada abad ke-15 hingga ke-17. Mereka datang ke Nusantara untuk mencari kehidupan yang lebih baik dan membawa serta kebudayaan serta tradisi yang telah melekat pada diri mereka. Salah satunya adalah tradisi Ceng Beng, yang sudah ada sejak zaman Dinasti Tang (618-907 M) di Tiongkok. Hari Ceng Beng jatuh pada hari ke-104 setelah Festival Dongzhi (Hanzi : 冬至) atau saat musim semi berubah menjadi musim panas menurut kalender lunar Tionghoa, biasanya antara tanggal 4 hingga 6 April. Tanggal ini bisa berubah-ubah setiap tahunnya, tergantung pada perhitungan kalender lunar Tionghoa.

Ceng Beng merupakan waktu bagi keluarga Tionghoa untuk mengenang dan memperingati leluhur yang telah meninggal. Mereka akan membersihkan makam, menawarkan sesaji berupa makanan dan minuman, membakar dupa, serta menghaturkan doa kepada leluhur. Selain itu, mereka juga membakar kertas uang palsu atau kim (Hanzi : 金) sebagai simbol kekayaan yang akan diterima oleh leluhur di alam baka. Selain uang palsu, ada juga kertas berbentuk barang-barang kebutuhan sehari-hari yaitu kertas berbentuk pakaian, rumah, mobil, dan barang elektronik juga dibakar sebagai simbol agar leluhur memiliki kebutuhan yang terpenuhi di alam baka.

Di Indonesia, Ceng Beng umumnya dilakukan di pemakaman keluarga, pemakaman umum, vihara tempat penyimpanan abu sisa kremasi, dan kuil-kuil yang dikelola oleh pemerintah daerah atau komunitas Tionghoa setempat. Selain lokasi-lokasi utama yang telah disebutkan sebelumnya, ada beberapa tempat lain di Indonesia di mana perayaan Ceng Beng juga digelar:

  • Vihara Dharma Bakti, Jakarta: Salah satu vihara tertua di Jakarta, Vihara Dharma Bakti menjadi tempat umat Buddha Tionghoa mengadakan perayaan Ceng Beng dengan melakukan doa dan persembahan untuk leluhur mereka.
  • Klenteng Tay Kak Sie, Semarang: Klenteng ini merupakan salah satu klenteng terpenting di Semarang dan menjadi pusat perayaan Ceng Beng di kota ini.
  • TPU Kebon Jahe, Bogor: Sebagai salah satu TPU Tionghoa tertua di Bogor, TPU Kebon Jahe menjadi tempat keluarga Tionghoa mengadakan perayaan Ceng Beng.
  • Vihara Dharmayana Kuta, Bali: Meskipun jumlah masyarakat Tionghoa di Bali tidak sebanyak di kota-kota besar lainnya di Indonesia, perayaan Ceng Beng tetap digelar di Vihara Dharmayana Kuta, salah satu vihara terbesar di Bali.
  • TPU Siantar, Pematangsiantar: TPU ini menjadi pusat perayaan Ceng Beng bagi masyarakat Tionghoa di kota Pematangsiantar dan sekitarnya.

Dalam perayaan Ceng Beng, masyarakat Tionghoa di berbagai daerah di Indonesia akan berkumpul bersama keluarga dan komunitasnya untuk menghormati dan mengenang leluhur yang telah meninggal. Tradisi ini menjadi salah satu cara bagi generasi muda Tionghoa Indonesia untuk memahami dan melestarikan warisan budaya dan nilai-nilai yang diwariskan oleh leluhur mereka.

Tradisi Ceng Beng memiliki makna filosofis yang mendalam bagi masyarakat Tionghoa. Perayaan ini mengajarkan pentingnya menghormati dan mengenang leluhur, serta menjaga keharmonisan antara alam, manusia, dan alam baka. Selain itu, Ceng Beng juga merupakan salah satu bentuk pelestarian budaya dan warisan leluhur yang perlu dijaga dan dilestarikan oleh generasi penerus.

Hari Ceng Beng merupakan perayaan yang sangat penting bagi masyarakat Tionghoa di Indonesia. Perayaan ini tidak hanya mengajarkan nilai-nilai kekeluargaan dan menghormati leluhur, tetapi juga menjadi bagian dari warisan budaya yang harus dijaga dan dilestarikan. Dengan memahami sejarah dan makna di balik perayaan ini, kita dapat lebih menghargai kekayaan budaya yang dimiliki oleh masyarakat Tionghoa di Indonesia dan juga mengambil hikmah dari nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya.

SEO Expert and AI Enthusiast. Someone Who Loved Culinary Arts and Traveling.

Artikel Lainnya: