Festival Dalang Cilik, Motivasi Orang Tua Kepada Anak Untuk Melestarikan Seni Pewayangan Jawa yang Semakin Asing di Mata Publik

Festival Dalang Cilik, Motivasi Orang Tua Kepada Anak Untuk Melestarikan Seni Pewayangan Jawa yang Semakin Asing di Mata Publik

Festival Dalang Cilik x UNY adalah kegiatan tahunan yang dilaksanakan di Univesitas Negeri Yogyakarta dalam rangka hari ulang tahun UNY. Pada tahun ini Festival Dalang Cilik x UNY 2023 dilaksanakan pada Senin, 15 Mei 2023 hingga Jumat, 19 Mei 2023 dan diikuti oleh 30 peserta yang terdiri dari 15 peserta usia SD dan 15 peserta usia SMP. Kegiatan ini bertujuan untuk mendidik anak dalam mencintai kebudayaan, khususnya pewayangan Jawa.

Pada hari Selasa (15/05) kemarin, setelah selesai kuliah, saya lantas bergegas menuju pendopo Tedja Kusuma di Fakultas Bahasa dan Seni Budaya, Universitas Negeri Yogyakarta. Sesampainya di lokasi, saya melihat beberapa dalang cilik yang di support oleh orangtuanya telah selesai mementaskan pagelaran wayangkulit. Saya bertemu dengan salah satu dalang cilik yang didampingi oleh sang ibu. Ibu berambut pirang dengan nama Dita (orang tua dalang cilik) sedang menemani sang dalang cilik dengan busana beskap biru dan kain jarik yang merupakan anaknya, bernama Moissani Abyan (9). Setelah itu saya berpikiran untuk mengulik informasi kepada sang ibu mengenai perjuangan dan motivasi anak dalam melestarikan budaya Jawa yang mungkin telah asing di mata publik.

Awal Kenal Dengan Dunia Seni Pewayangan

Menurut sang ibu, latar belakang dibalik perjuangan Mois dalam melestarikan budaya berawal dari sang kakek yang merupakan pengrajin wayang kulit di daerah Cabean, Sewon, Bantul. Lalu munculah keinginan dan rasa suka terhadap pewayangan Jawa. Moissani Abyan mulai menyukai pewayangan sejak usia PAUD. Dibuatkanlah wayang kulit kancil oleh sang kakek bertujuan untuk menambah rasa suka terhadap seni pewayangan Jawa.

“Mois ini awal belajarnya juga dari YouTube, sepertinya minatnya semakin tumbuh, maka saya masukkan ke sanggar” paparnya.

Setelah menyukai pewayangan Jawa dan melihat di sosial media YouTube tentang pewayangan, sang ibu akhirnya memasukkan anaknya ke beberapa sanggar pewayangan, salah satunya adalah Sanggar Wayang Kancil Mbah Ledjar di daerah Warungboto, Umbulharjo, Kota Yogyakarta. Tapi karena minatnya lebih ke Pewayangan Purwa, akhirnya Mois masuk kedalam sanggar Ayodya di daerah Bangunjiwo, Bantul.

Bahkan ketika ada jadwal pementasan wayang, ia rela untuk mendatangkan beberapa guru privat, salah satunya adalah dari SMKI Yogyakarta, jurusan Seni Pedalangan dan latihan rutin tiap hari sejak sebulan sebelum pementasan dimulai.

Tampil di Festival Dalang Cilik x UNY 2023

Pada tahun 2021, Moissani merupakan peserta paling muda dalam Festival Dalang Cilik yang diadakan oleh UNY. Ia masih meduduki bangku kelas 1 SD.

Pada tahun ini, dibawah bimbingan Pak Sri Mulyono dari Sanggar Joglo Kinasih dan membawa 4 pengrawit, ia membawakan cerita Aji Narantaka yang menceritakan tentang kesaktian sang Gathutkaca saat mengalahkan Dursala, anak dari Dursasana. Ia tampil selama 27 menit dari 30 menit yang diberikan oleh dewan juri.

“Tahun ini, dek Mois tampil yang ketiga kalinya berturut-turut dan festival ini, sebagai ajang untuk latihan dek Mois, juara hanyalah bonus,” terang sang ibu.

Dukungan Motivasi dari Sang Ibu dalam Melestarikan Budaya

Dita (orang tua Mois) menuturkan bahwa akan selalu mendukung anaknya dalam melestarikan budaya. Apapun yang sang anak inginkan, akan didukung penuh oleh si ibu.

“Kalau sekarang ditanya, dek Mois maunya sekolah di SMKI dan kuliahnya di ISI, untuk kedepannya bagaimana tidak tahu, kami sebagai orang tua Mois, hanya bisa mendukung dan ngikut saja sama keinginan Mois, ya semoga bakat ini terus berkembang,” pungkasnya.

Penghuni pojok belakang bangku kelas Ilmu Komunikasi UNY, menulis kisah kehidupan sosial dan kebudayaan.

Artikel Lainnya: