Kue Dongkal: Camilan Tradisional Betawi yang Hampir Punah

Kue Dongkal: Camilan Tradisional Betawi yang Hampir Punah

Kue Dongkal atau disebut juga dodongkal adalah camilan tradisional dari Betawi yang terbuat dari beras yang ditumbuk hingga menjadi tepung, lalu diberi gula aren dan dikukus. Namun sayangnya, kue ini semakin susah ditemukan karena kalah bersaing dengan camilan modern yang lebih populer. Rasa dari kue tradisional ini juga tak kalah enak dari camilan modern, oleh karena itu perlu kita lestarikan agar tidak hilang digantikan oleh makanan modern sehingga membuat kue dongkal susah ditemukan.

Mengenal Kue Dongkal

Banyak yang mengenal Kue Dongkal atau Dodongkal juga merupakan camilan dari Sunda. Di Bandung dan sekitarnya, camilan ini lebih dikenal dengan nama Awug. Nama “dongkal” sendiri berasal dari cara penyajiannya yaitu dengan memotongnya menggunakan sendok. Pada zaman dahulu, camilan ini sudah menjadi bagian dari upacara adat dan juga acara kemasyarakatan seperti gotong royong, namun seiring perkembangan zaman, dongkal kini lebih dikenal sebagai salah satu jajanan pasar atau kue tradisional. Kue dongkal dibuat dari bahan tepung beras dan gula aren yang memiliki cita rasa kue ini mirip dengan kue putu. Hanya saja, perbedaan antara kue dongkal dan kue putu adalah proses pembuatannya. Kue putu dibuat menggunakan cetakan bambu, sedangkan dongkal menggunakan alat masak yang bernama aseupan.

Aseupan adalah kukusan dari anyaman bambu berbentuk kerucut. Penggunaan tepung beras sebagai bahan utamanya bukan tanpa alasan. Pada tahun 1970-an tepung gaplek sulit ditemukan sehingga orang lebih memilih menggunakan tepung beras sebagai bahan utama untuk membuat makanan atau camilan. Camilan ini memiliki harga yang cukup terjangkau, satu porsinya dijual hanya dengan harga Rp.10.000,- sampai Rp. 15.000,- saja. Sayangnya, camilan yang sudah dikenal sejak tahun 1940-an ini semakin sulit ditemukan. Tidak semua pasar tradisional di sekitar Jabodetabek dan Jawa Barat ada penjual yang menjajakan kue dongkal.

Apa itu Kue Dongkal

Cara Membuat Kue Dongkal

Saat ini, masih ada beberapa penjual kue dongkal yang membuat kue ini dengan cara tradisional menggunakan aseupan. Namun, seiring perkembangan zaman pembuatan kue dongkal juga bisa dibuat menggunakan loyang agar lebih praktis. Untuk cara pembuatannya sendiri cukup simpel dan menggunakan bahan-bahan yang mudah didapatkan. Bahan-bahannya meliputi tepung beras, kelapa parut, gula pasir, garam, vanili bubuk, gula merah atau aren yang disisir halus. Bahan-bahan tersebut dapat dibeli di pasar tradisional atau supermarket terdekat.

Untuk proses pembuatannya cukup sederhana, campurkan tepung beras, kelapa parut, gula, garam, dan vanili bubuk kemudian aduk hingga merata. Kemudian, siapkan kukusan berbentuk kerucut atau wadah yang tahan panas, letakkan sedikit campuran tepung beras, dan ratakan. Taburi atasnya dengan gula serut, lalu tambahkan lagi dengan campuran tepung dan kelapa. Ulangi proses ini hingga bahan habis, kemudian kukus selama 30 menit hingga matang sepenuhnya.

Jika kamu memakai tepung beras kemasan yang kering, jangan lupa untuk menambahkan air agar tekstur kue menadi lembut. Selain itu, pilih kelapa yang sudah cukup tua agar rasa kue dongkal lebih legit dan memiliki tekstur yang lembut. Oh, ya kue ini sebaiknya disajikan selagi hangat ya.

Melestarikan Kue Dongkal

Bagi masyarakat Betawi, kue dongkal bukan hanya camilan semata. Lebih dari itu, kue ini sudah menjadi simbol kearifan lokal dan kuliner Betawi yang wajib dilestarikan. Meskipun sudah sulit ditemukan dan mulai langka, beberapa penjual kue ini masih mencoba bertahan di tengah-tengah gempuran camilan modern yang semakin bervariatif.

Mengapa kue dongkal perlu dilestarikan? Selain rasanya yang unik dan lezat, kue ini juga sudah menjadi bagian dari warisan budaya Indonesia, khususnya Betawi yang harus kita lestarikan. Salah satu caranya adalah dengan mengenalkan kue dongkal khususnya generasi muda melalui influencer di sosial media atau acara festival kuliner.

 

SEO Expert and AI Enthusiast. Someone Who Loved Culinary Arts and Traveling.

Artikel Lainnya: