Pencurian Barang-kan Hal Normal di UNY, Nggak Usah Kaget Lah?!

Pencurian Barang-kan Hal Normal di UNY, Nggak Usah Kaget Lah?!

Tidak kaget dan seperti aneh rasanya, apabila Universitas Negeri Yogyakarta tanpa adanya kasus pencurian barang. Hampir tiap semester pasti ada saja kasus pencurian yang dilakukan entah oleh siapa. Anehnya, jarang banget maling-malingnya ketangkep. Di samping itu, seharusnya para petugas keamanan yang sudah sering dilaporin tentang kasus-kasus kayak gini, seharusnya lebih meningkatkan tingkat kewaspadaan mereka dan merubah sistem mereka dalam menjaga keamanan parkir di Universitas Negeri Yogyakarta. Bukan malah ngelarang para korban buat cek CCTV, Pak!

Pada hari Jum’at (25/8), lagi dan lagi kasus pencurian barang  terjadi di area Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Kali ini, barang yang dicuri adalah helm dan korbannya adalah dua Mahasiswa Baru Fakultas Ilmu Sosial, Hukum, dan Ilmu Politik Angkatan 2023. Pencurian itu dilakukan di parkiran gedung Direktorat Risert dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRPM) pada jam 12.01 siang, padahal pas sholat Jum’at loh bisa-bisanya. Tidak nanggung, dua helm merk INK warna hitam dan NHK warna biru.

Ketika saya membaca kabar dari teman-teman mengenai pencurian helm ini, rasa kaget tak menyertai saya. Pasalnya, pada tanggal 2 November tahun 2022, situasi serupa juga pernah terjadi di Mushola FISHIPOL. Saat itu, seorang mahasiswa baru dari Fakultas Ilmu Sosial, Hukum, dan Ilmu Politik Angkatan 2022 menjadi korban pencurian. Ketika sedang melaksanakan sholat Dhuhur, tas miliknya yang berisi laptop, ponsel, dompet lengkap dengan kartu identitas, dan perlengkapan kuliah raib digondol maling.

Jika dilihat dari unggahan di akun Twitter @UNYMFS, terdapat lebih dari 10 kiriman yang memuat keluhan dari para mahasiswa tentang barang-barang mereka yang raib atau dicuri. Lokasi-lokasi yang menjadi sorotan adalah tempat parkir di Masjid Mujahiddin, area parkir FISHIPOL, Tempat parkir FT, Area parkir Plaza UNY, Kawasan parkir Student Center, serta ruang musholla dan masjid di dalam lingkungan UNY. Tempat-tempat tersebut kerap dianggap sebagai tempat yang rawan aksi “tangan panjang” yang menjalankan peran mereka sebagai pencuri.

“Aku masuk UNY satpam nya diem-diem aja, nggak minta KTM atau ditanyain apa gitu. Masuk tinggal masuk, keluar tinggal keluar, Mosok yo sak karepe ngono,” keterangan dari rekan saya yang bukan merupakan mahasiswa UNY.

Satpam e malah jagongan neng gazebo,” lanjutnya.

Pernyataan rekan saya tersebut mencerminkan kurangnya ketegasan dalam prosedur keamanan. Dalam suasana kampus yang padat dengan aktivitas mahasiswa dan pengunjung, penting bagi satpam untuk menjalankan tugas mereka dengan serius dan kewaspadaan tinggi. Meminta identifikasi, seperti KTM, merupakan langkah standar yang diperlukan untuk memastikan bahwa hanya orang-orang yang berhak masuk ke kampus.

“Mana satpamnya pas kita nonton cctv itu nggak bantu please, kek dimaju mundur gitu terus padahal kita dah bilang di jam pukul 12.01, terus pas mau dapet momennya tiba-tiba di pindah,” keluh-kesah salah satu mahasiswa yang menjadi korban pencurian pada Jumat (25/8).

Keluhan ini menunjukkan kekecewaan terhadap respons petugas keamanan dalam mengatasi kasus pencurian. Satpam diharapkan menjadi elemen pertama yang beraksi ketika dihadapkan pada kasus pencurian, meskipun belum tentu akan berhasil menangkap pelaku.

Pentingnya pelayanan yang baik dari satpam juga tak bisa disepelekan. Reaksi cepat, komunikasi yang jelas, dan sikap empati dari petugas keamanan bisa sangat membantu para korban dalam mengatasi situasi yang sulit seperti pencurian. Pelayanan yang baik dari satpam sangat berarti bagi korban kasus pencurian dalam mengatasi situasi sulit yang mereka alami.

Penghuni pojok belakang bangku kelas Ilmu Komunikasi UNY, menulis kisah kehidupan sosial dan kebudayaan.

Artikel Lainnya: