Harapan Sederhana dari Mbah Sarno, Tukang Sol Sepatu Yogyakarta
Delapan tahun yang lalu di Yogyakarta, siang itu terasa terik ketika Mbah Sarno (65), seorang tukang sol sepatu yang sudah puluhan tahun menjalani profesinya, terus mengayuh sepeda tuanya menyusuri jalanan kota. Setiap hari, ia bekerja tanpa lelah, bukan hanya demi menyambung hidup, tetapi juga untuk memotivasi cucu laki-lakinya yang masih duduk di bangku sekolah dasar.
Mbah Sarno biasa mangkal di kawasan Mandala Krida, sebuah lokasi yang ramai dengan aktivitas masyarakat di Yogyakarta. Di sana, di bawah pohon rindang, ia dengan telaten memperbaiki sepatu pelanggannya sembari mencatat nama dan merek mobil mereka. Langkah sederhana ini ia lakukan bukan untuk dirinya, melainkan untuk menyemangati cucunya agar kelak bisa meraih kesuksesan yang lebih baik.
Momen di Mandala Krida
Saat saya menemuinya siang itu, Mbah Sarno sedang sibuk dengan pekerjaannya. Seperti biasa, ia memanfaatkan setiap momen berharga untuk berinteraksi dengan pelanggannya. Sambil memperbaiki sepatu yang rusak, ia meminta pelanggannya untuk menuliskan nama dan merek mobil mereka di sebuah buku catatan yang selalu dibawanya.
Hal ini sering kali membuat para pelanggannya kebingungan. “Mereka bingung Mas, kalau saya suruh menulis. Pasti mereka terus tanya buat apa,” ujarnya sambil tetap fokus pada pekerjaannya.
Pesan untuk Cucu
Lalu, untuk apakah semua catatan itu? Jawabannya sangat sederhana namun penuh makna. Mbah Sarno mengumpulkan semua catatan tersebut untuk diperlihatkan kepada cucu laki-lakinya yang masih sekolah dasar. Catatan itu menjadi alat baginya untuk memotivasi sang cucu agar belajar dengan tekun dan bercita-cita menjadi orang sukses seperti para pelanggannya yang memiliki mobil.
“Saya ndak bisa ngasih apa-apa ke cucu saya, Mas. Cuma pakai cara begini saja saya bisa. Biar cucu saya besok tidak menjadi seperti kakeknya, hanya jadi tukang sol sepatu,” katanya dengan tawa ringan, menunjukkan kebanggaan dan harapannya.
Harapan Sederhana Mbah Sarno
Mbah Sarno juga menekankan bahwa tujuannya bukanlah harta, melainkan simbolis untuk memudahkan cucunya memahami pentingnya pendidikan dan kerja keras. Ia bercita-cita sederhana, yakni membeli sebuah ponsel berkamera agar dapat memotret mobil-mobil para pelanggannya. Dengan begitu, ia berharap dapat memberikan motivasi visual yang lebih kuat kepada cucunya.
“Ya kan kalau ada gambarnya lebih bagus, Mas. Biar cucu saya lebih senang dan lebih rajin sekolah,” jelasnya sambil tersenyum.
Apa yang dilakukan oleh Mbah Sarno mungkin tampak sederhana, bahkan mungkin tidak terpikirkan oleh banyak orang lain. Namun, keinginannya yang kuat untuk memotivasi cucunya patut diapresiasi. Semoga cita-citamu untuk membeli ponsel berkamera segera tercapai ya, Mbah!